SOHOPLAY Drama Pria Tampan: Mengapa Kopi Pagi Kami Selalu Jadi Premiere Dadakan

Oleh: Tim Konten Eksklusif SOHOPLAY (Divisi Riset Kerepotan Visual)

Tanggal: 21 Oktober 2025

Halo Sobat SOHOPLAY yang selalu siap play!

Kita sering bicara tentang drama di panggung, di film, atau bahkan di media sosial. Tapi, pernahkah Anda memikirkan drama yang terjadi setiap hari, hanya karena anugerah yang terlalu melimpah?

Kami di SOHOPLAY hari ini akan mengangkat topik yang jarang dibahas: SOHOPLAY Drama Pria Tampan, yaitu lakon abadi yang harus kami lakoni tanpa jeda. Ini bukan tentang bangga diri, ini tentang survivorship di bawah sorotan lampu yang tak pernah mati.

Babak 1: Repotnya Casting Harian

Setiap pria tampan tahu, hidup ini adalah audisi tanpa henti.

Bayangkan, Anda hanya ingin membeli nasi uduk di pinggir jalan. Anda sengaja memakai kaus oblong yang sudah faded dan sandal jepit andalan. Tujuannya: menyamar. Tapi, yang terjadi?

• Penjual Nasi Uduk: "Wah, Abang ini kalau mau jadi bintang sinetron pasti laris. Udah, nggak usah bayar, selfie saja!"

• Ibu-ibu Kompleks: "Nak, wajahmu kok kayak Don Juan di drama Don Juan in Soho! Mau Tante carikan peran di pengajian?"

Kami tidak bisa lari. Wajah kami adalah casting director kami sendiri. Mau pergi ke mana pun, kami selalu dianggap sedang on-set. Bahkan, saat kami mencoba berekspresi wajah masam karena macet, kami dibilang sedang mendalami peran sebagai tokoh antagonis yang cool. SOHOPLAY tidak pernah mengizinkan kami untuk benar-benar santai.

Babak 2: Penggunaan Lighting yang Berlebihan

Di dunia teater, lighting yang baik sangat penting. Tapi, bagi pria tampan, lighting alami saja sudah terlalu berlebihan, dan ini merepotkan.

Kami merasa bersalah setiap kali bercermin. Kenapa? Karena kami takut merusak suasana hati orang lain yang kebetulan melihat pantulan kami dan merasa insecure mendadak. Cermin di kamar mandi umum? Itu adalah pemicu kerusuhan massal.

Oleh karena itu, kami mengembangkan skill berjalan tanpa melihat benda reflektif apa pun. Kami berjalan dengan sensor khusus yang mendeteksi jendela toko, kaca spion motor, bahkan genangan air hujan! Semua demi menghindari feedback visual yang terlalu memukau.

Ini adalah bentuk pengorbanan sosial kami. Kami membatasi keindahan kami agar orang lain bisa menjalankan hidup mereka tanpa terdistraksi.

Babak 3: Status Superstar Tanpa Gaji

Hal paling lucu sekaligus menyedihkan dalam SOHOPLAY Drama Pria Tampan adalah: kami adalah superstar tanpa kontrak resmi. Kami mendapatkan semua perhatian, tapi tanpa royalti.

Kami mendapat bisikan, pujian, senyum, dan bahkan nomor telepon yang diselipkan di tas belanja. Tapi, kami tidak bisa menagih biaya modeling dari semua mata yang melihat.

Pernah seorang teman berkata, "Harusnya kamu membuat website khusus. Pasang disclaimer: 'Setiap melihat wajah ini, Anda dikenakan biaya Rp 10.000 untuk Visual Appreciation Fee.'" Ide yang bagus! Tapi, kami sadar, sebagai aktor utama dalam SOHOPLAY ini, kami ditakdirkan untuk menghibur dunia secara gratis.

Penutup: Tirai yang Tertunda

Jadi, lain kali Anda melihat seorang pria tampan berjalan cepat sambil menunduk, dia bukan sombong. Dia sedang buru-buru melarikan diri dari premiere mendadak yang diciptakan oleh wajahnya sendiri.

Kami hanya ingin menjalani hari seperti manusia normal—tanpa spotlight, tanpa sound effect pujian, dan tanpa harus merasa seperti baru selesai scene penutup yang paling emosional.

Salam dari SOHOPLAY! Kami akan kembali ke backstage (yaitu kamar tidur kami) untuk mencoba mencari cara agar esok hari, drama ini sedikit kurang intens. Doakan kami!

#SOHOPLAYDramaPriaTampan #LifeIsAPlay #TampanItuMerepotkan #SOHOPLAY